Latar
Belakang
Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman kami, perubahan jalur satu
arah di kota Malang, menimbulkan pengaruh sosial yang sangat besar terhadap
sikap warga. Dari masalah ini ditemukan fakta-fakta bahwa adanya penolakan dari
warga karena menganggap perubahan jalur ini malah semakin membuat kemacetan di
jalan-jalan yang biasanya tidak terjadi macet, dan warga berpendapat semakin lama waktu yang di tempuh. Sikap ini
timbul karena mind set warga yang merasa sudah nyaman dengan jalur sebelumnya,
mind set warga yang seperti ini lah yang menyebabkan perubahan sikap misalnya,
warga cenderung akan melanggar lalu lintas dengan tidak memperhatikan
rambu-rambu yang ada, itu negatifnya. Tetapi positifnya, warga akan tetap
melakukan dan mentaati peraturan baru itu, meskipun pada awalnya warga merasa
terpaksa atau tidak nyaman tapi setelah terbiasa warga akan melakukannya setiap
hari. Membuat mind set warga berubah itu hal yang sulit, paling tidak kita
harus berusaha memberi hibauan, penyuluhan, dll untuk dapat merubah mind set
warga yang tidak nyaman dengan perubahan jalur menjadi nyaman dan mau dengan
suka rela melakukannya.
Terkadang
dalam mind set warga muncul sebuah pertanyaan sebenarnya apa yang dilakukan
pemerintah dalam menanggulangi kemacetan ini sudah benar atau belum, karena
pada kenyataan dilapangan bukanya malah berkurangkemacetan tapi malah bertambah
macet. Mungkin benar daerah yang berjalan satu arah lebih berkurang macetnya,
tapi bagaiman daerah yangmenjadi pengalihan kemacetan, daerah ini menjadi
semakin ramai dan sekarang menjadi macet. Kebanyakan daerah yang menjadi
pengalihan itu adalah daerah yang jalan rayanya sempit, berupa perumahan warga
yang padat, dari sini sudah mulai mengganggu ketenangan warga. Dari sini mulai
muncul prasangka warga terhadap pemerintah.
Masalah ini penting karena dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan aktifitas dan kita mempunyai sikap
dari sikap akan menimbulkan perilaku baik positif atau negatif, biasanya dari
sebuah peristiwa kenyamanan atau ketidak nyamanan, komunikasi yang didapat dari
orang lain,dll. yang kita peroleh akan mempengaruhi sikap dan perubahanya. Tapi
tidak selamanya perilaku di pengaruhi sikap.
Teori-teori yang berpengaruh
Pengaruh social (social influence)
adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief,
persepsi atau tingkah laku orang lain. Ada 3 aspek penting dalam pengaruh
social, yaitu: konformitas (conformity), kesepakatan (compliance), kepatuhan
(obedience), dan indoktrinasi insentif (intense indoctrination).
Konformitas (conformity)
adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah sikap dan tingkah
laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Seseorang bertingkah laku
dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat
kita. Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari adanya kenyataan bahwa
di berbahai konteks ada aturan-aturan eksplisit maupun implicit yang
mengindikasikan bagaimana seharusnya atau sebaiknya kita bertingkah laku.
Selain
itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif. Norma
deskriptif berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu—norma yang
mengindikasikam apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma
injungtif adalah berupa perintah atau larangan yang mengharuskan orang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu—norma yang menentukan apa yang harus
dilakukan—tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi
tertentu
kesepakatan (compliance) suatu
bentuk pengaruh social yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada
orang lain yaitu usaha-uasah untuk membuat orang lain berkata ya terhadap
berbagai macam permintaan. Ada 6 prinsip dasar compliance (Cialdini, 1994):
a. Pertemanan/rasa
suka: kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari teman atau orang-orang
yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau orang yang tidak kita
sukai.
b. Komitmen/konsistensi:
sekali kita berkomitmen pada suatu tindakan, kita akan lebih bersedia untuk
memenuhi permintaan mengenai tingkah laku yang konsisten dengan tindakan
tersebut daripada permintaan yang tidak konsisten dengan tindakan tersebut.
c. Kelangkaan:
kita lebih mungkin untuk memenuhi permintaan yang berpusat pada kelangkaan
daripada terhadap permintaan yang sama sekali tidak terkait dengan isu
tersebut.
d. Timbal
balik/resiprositas: kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari orang
yang sebelumnya telah memberikan bantuan atau kemudahan bagi kita. Contoh: Susi
melakukan sesuatu untuk Rudi karena Rudi pernah membantu Susi sebelumnya,
e. Validasi
social: kita lebih bersedia memenuhi permintaan untuk melakukan beberapa
tindakan jika tindakan tersebut konsisten dengan apa yang kita percaya
dilakukan oleh orang lain yang mirip dengan kita.
f. Kekuasaan:
kita lebih bersedia memenuhi permintaan dari seseorang yang memiliki kekuasaan
yang sah.
kepatuhan (obedience)
keadaan di mana seseorang pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau
memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu dan mereka melakukannya!
Kepatuhan lebih jarang terjadi dari conformitas ataupun kesepakatan, karena
bahkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dan dapat menggunakannya seringkali
lebih memilih menggunakan pengaruhnya melalui “velvet glove” melalui permintaan
dan bukannya perintah langsung.
Indoktrinasi intensif (intensive
indoctrination) suatu proses yang dilalui individu untuk
menjadi anggota kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan dari kelompok
tanpa bertanya-tanya dengan disertai komitmen yang tinggi (Baron, 2000) merupakan
suatu bentuk pengaruh social yang dipaksakan.