Minggu, 24 November 2013

PENGARUH SOSIAL

Latar Belakang
            Berdasarkan pengamatan dan pengalaman kami, perubahan jalur  satu arah di kota Malang, menimbulkan pengaruh sosial yang sangat besar terhadap sikap warga. Dari masalah ini ditemukan fakta-fakta bahwa adanya penolakan dari warga karena menganggap perubahan jalur ini malah semakin membuat kemacetan di jalan-jalan yang biasanya tidak terjadi macet, dan warga berpendapat  semakin lama waktu yang di tempuh. Sikap ini timbul karena mind set warga yang merasa sudah nyaman dengan jalur sebelumnya, mind set warga yang seperti ini lah yang menyebabkan perubahan sikap misalnya, warga cenderung akan melanggar lalu lintas dengan tidak memperhatikan rambu-rambu yang ada, itu negatifnya. Tetapi positifnya, warga akan tetap melakukan dan mentaati peraturan baru itu, meskipun pada awalnya warga merasa terpaksa atau tidak nyaman tapi setelah terbiasa warga akan melakukannya setiap hari. Membuat mind set warga berubah itu hal yang sulit, paling tidak kita harus berusaha memberi hibauan, penyuluhan, dll untuk dapat merubah mind set warga yang tidak nyaman dengan perubahan jalur menjadi nyaman dan mau dengan suka rela melakukannya.
Terkadang dalam mind set warga muncul sebuah pertanyaan sebenarnya apa yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kemacetan ini sudah benar atau belum, karena pada kenyataan dilapangan bukanya malah berkurangkemacetan tapi malah bertambah macet. Mungkin benar daerah yang berjalan satu arah lebih berkurang macetnya, tapi bagaiman daerah yangmenjadi pengalihan kemacetan, daerah ini menjadi semakin ramai dan sekarang menjadi macet. Kebanyakan daerah yang menjadi pengalihan itu adalah daerah yang jalan rayanya sempit, berupa perumahan warga yang padat, dari sini sudah mulai mengganggu ketenangan warga. Dari sini mulai muncul prasangka warga terhadap pemerintah.
            Masalah ini penting karena dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan aktifitas dan kita mempunyai sikap dari sikap akan menimbulkan perilaku baik positif atau negatif, biasanya dari sebuah peristiwa kenyamanan atau ketidak nyamanan, komunikasi yang didapat dari orang lain,dll. yang kita peroleh akan mempengaruhi sikap dan perubahanya. Tapi tidak selamanya perilaku di pengaruhi sikap.
Teori-teori yang berpengaruh
Pengaruh social (social influence) adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku orang lain. Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social, yaitu: konformitas (conformity), kesepakatan (compliance), kepatuhan (obedience), dan indoktrinasi insentif (intense indoctrination).
Konformitas (conformity) adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Seseorang bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat kita. Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari adanya kenyataan bahwa di berbahai konteks ada aturan-aturan eksplisit maupun implicit yang mengindikasikan bagaimana seharusnya atau sebaiknya kita bertingkah laku.
Selain itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu—norma yang mengindikasikam apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma injungtif adalah berupa perintah atau larangan yang mengharuskan orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu—norma yang menentukan apa yang harus dilakukan—tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu
kesepakatan (compliance) suatu bentuk pengaruh social yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada orang lain yaitu usaha-uasah untuk membuat orang lain berkata ya terhadap berbagai macam permintaan. Ada 6 prinsip dasar compliance (Cialdini, 1994):
a.       Pertemanan/rasa suka: kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari teman atau orang-orang yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau orang yang tidak kita sukai.
b.      Komitmen/konsistensi: sekali kita berkomitmen pada suatu tindakan, kita akan lebih bersedia untuk memenuhi permintaan mengenai tingkah laku yang konsisten dengan tindakan tersebut daripada permintaan yang tidak konsisten dengan tindakan tersebut.
c.       Kelangkaan: kita lebih mungkin untuk memenuhi permintaan yang berpusat pada kelangkaan daripada terhadap permintaan yang sama sekali tidak terkait dengan isu tersebut.
d.      Timbal balik/resiprositas: kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari orang yang sebelumnya telah memberikan bantuan atau kemudahan bagi kita. Contoh: Susi melakukan sesuatu untuk Rudi karena Rudi pernah membantu Susi sebelumnya,
e.       Validasi social: kita lebih bersedia memenuhi permintaan untuk melakukan beberapa tindakan jika tindakan tersebut konsisten dengan apa yang kita percaya dilakukan oleh orang lain yang mirip dengan kita.
f.       Kekuasaan: kita lebih bersedia memenuhi permintaan dari seseorang yang memiliki kekuasaan yang sah.
kepatuhan (obedience) keadaan di mana seseorang pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu dan mereka melakukannya! Kepatuhan lebih jarang terjadi dari conformitas ataupun kesepakatan, karena bahkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dan dapat menggunakannya seringkali lebih memilih menggunakan pengaruhnya melalui “velvet glove” melalui permintaan dan bukannya perintah langsung.

Indoktrinasi intensif (intensive indoctrination) suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan dari kelompok tanpa bertanya-tanya dengan disertai komitmen yang tinggi (Baron, 2000) merupakan suatu bentuk pengaruh social yang dipaksakan.
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa :
              yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi

B. Rumusan Masalah
  Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah
1. Apa makna perkembangan sosial anak ?
        2. Bagaimana bentuk – bentuk tingkah laku sosial pada anak ?
        3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
        4. Bagaimana pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak ?


C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial anak ;
mengetahui bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak.

D Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Pertama: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masala dan sistimatika uraian. Kedua: Isi atau bagian teori dan hasil meliputi ; makna perkembangan sosial anak, bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ;
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak.





  BAB II
PEMBAHASAN


A. Makna Perkembangan Sosial Anak

Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semamin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.

B. Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.

Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.

2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.

Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.

3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.

4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.

6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.


7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.

8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya

9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1.Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

2. Kematangan

Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.


4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm penilaiannya.
              Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.


BAB III
KESIMPULAN


                Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Perkembangan sosial individu dimulai sejak anak usia 18 bulan.

Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.

Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian yang baik.



                           DAFTAR KEPUSTAKAAN


Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa,  
             Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang  
           Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.

LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja
          Rosdakarya.

Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik , Bandung; Sekolah
          Pasca Sarjana (UPI)

Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih
           bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 
         2002.

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).




Jumat, 01 November 2013

Pengaruh sosial Dipengaruhi Teknhologi


Latar belakang 

Mengapa kami mengambil judul ini karena kami melihat pengaruh teknologi di zaman modern yang membuat masyarakat khususnya mahasiswa menjadi manja dan terlalu bergantung terhadap tekhnologi. Ketakutan Albert Einstain tentang dimana akan ada zaman yang membuat manusia-manusia idiot, karena kurangnya komunikasi dan terlalu ketergantungan dengan tekhnologi. Disini kami akan membahas tentang bagaimana pengaruh tekhnologi terhadap pengaruh sosial masyarakat. Bagaimana dampak dari tekhnologi itu sendiri.
Tekhnologi memang tak dapan di pungkiri sangat di butuhkan di zaman globalisasi ini, pengaruhnya bukan saja terhadap manusia saja, tetapi juga terhadap alam. Bagaimana peran tekhnologi sangan berpengaruh terhadap tingkah laku dan pola pikir masyarakat.
Contoh pengaruh sosial yang bersifat negatif (teknologi) :
Selain membawa dampak positif, tentunya teknologi ini juga akan turut serta membawa pengaruh negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat.
Kita ambil satu contohnya yaitu dampak negatif dari penggunaan internet yang semakin “menggila”. Mungkin memang benar internet membawa banyak sekali manfaat dan pengaruh yang positif bagi segala aspek dalam kehidupan kita, namun kita juga harus tahu bahwa internet juga akan membawa dampak dan pengaruh negatif bagi kehidupan sosial kita. Dengan adanya internet terutama jejaring sosial baik itu berbasis website ataupun berbentuk aplikasi sebuah handpone membuat kita jarang berkomunikasi langsung dan saling berinteraksi dengan teman, keluarga, ataupun yang lainnya. Selain itu, dengan menjamurnya internet dimana mana, itu juga sangat berdampak negatif bagi anak anak yang masih belum tau dan belum bisa membedekan mana internet yang sehat dan mana berinternet yang tidak sehat. Ada kasus anak melakukan dan membuat adegan adegan porno karena mengikuti adegan video yang ia tonton di internet. Ada juga kasus anak yang bahkan sampai meninggal karena bermain game di internet sampai lupa waktu. Itulah hanya sebagian kecil dampak pengaruh sosial dari teknologi dari sisi negatifnya.

Minggu, 27 Oktober 2013

Belajar Tentang Diri



 DIRI
*Self –Concept ( Konsep diri ) adalah seperangkat keyakinan tentang diri kita.
*Self –Esteem ( Penghargaan diri ) adalah hasil evaluasi tentang diri. Artinya kita tidak hanya menilai seperti apa diri kita tetapi juga menilai kualitas-kualitas diri kita.
Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang jelas tentang kualitas personalny;
-          Mereka menganggap diri mereka baik,
-          Punya tujuan yang tepat,
-          Menggunakan umpan balik dengan cara memperkaya wawasan, dan
-          Menikmati pengalaman-pengalaman positif  serta,
-          Bisa mengatasi situasi sulit ( Wood, Heipel, & Michela , 2003 ).
Contohnya : ketika orang yang memiliki harga diri yang tinggi mendapat kabar bahwa, dirinya ditolak orang lain, maka orang ini mungkin merespon dengan mengingat dirinya sendiri tentang kualitas positif yang dimilikinya. Dan mereka juga mengingat pengalaman sehari-hari dengan cara yang lebih positif.
Orang yang memandang rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas;
-          Merasa rendah diri,
-          Sering memilih tujuan yang kurang realistis atau bahkan tidak memilki tujuan pasti,
-          Cenderung pesimis dalam menghadapi masa depan,
-          Mengingat masa lalu secara negatif ( Heimpel, Wood, Marshall & Brown, 2002 )
-          Punya reaksi emosional dan behavioral yang lebih buruk dalam merespons tanggapan negatif,
-          Kurang mampu memunculkan feedback positif terhadap diri sendiri.
-          Lebih memerhatikan dampak sosial mereka terhadap orang lain,
-          Lebih mudah kena depresi atau berfikir terlalu dalam saat mereka menghadapi stres atau kekalahan.
*Self Liking ( senang pada diri ) adalah memandang diri sendiri mampu dan menyukai kepribadiannya sendiri, ( orang bersikap selektif terhadap domain yang mereka anggap dirinya pantas untuk itu ).
*Perkembangan harga diri
Salah satu teori yang paling berpengaruh adalah yang dikemukakan oleh Erik Erikson (1963) yang berpendapat bahwa ada tahap- tahap perkembangan ego. Dia berpendapat bahwa meskipun pembentukan identitas adalah tugas sepanjang hidup, tugas ini amat penting dalam masa remaja dan dewasa awal. Ini adalah ketika identitas mulai menyatu, yang menandai transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa.

Erik Ericson percaya bahwa tujuan proses ini adalah “ kemampuan untuk mengalami diri sendiri sebagai sesuatu yang memiliki kesinambungan dan kesamaan , dan bertindak sesuai dengan pemahaman itu.”
Pemahaman diri mulai muncul dari sejak bayi yakni dengan mengenali individu lain (Butterworth. 1992; Pervin,1992,1992b) . Jadi, walaupun Psikolog masih percaya bahwa pendapat Ericson pada dasarnya benar saat dia mengatakan bahwa isu identitas terutama sangat penting pada masa remaja dan dewasa awal, adalah juga jelas bahwa perkembangan pemahaman diri seseorang adalah proses sepanjang hayat yang dimulai sejak kanak-kanak hingga kakek-kakek.
Asal pengetahuan diri  :
-          Bersifat spontan , Maksudnya dari kesadaran bahwa ada sesuatu dalam diri tetapi tidak tahu dari mana datangnya kesadaran ini.
-          Dari pengalaman spesifik.
1.       Sosialisasi ( Sosialization )
Bagaimana seseorang mendapat aturan, standar dan nilai-nilai keluarganya, kelompoknya dan kulturnya.
Contoh : seorang anak islam akan mulai memandang Islam adalah bagian penting dari hidupnya.
Sosialisasi membentuk pengalaman awal à yaitu aspek penting dari konsep diri.
2.       Tanggapan dari orang lain
Secara umum, ada hubungan erat antara pandangan orang tua tentang kemampuan anaknya dengan konsep diri si anak tentang kemampuannya itu ( Felson & Reed, 1986 ). Pada masa kanak-kanak akhir dan remaja awal, tanggapan dari teman sebaya mungkin lebih penting.
Secara keseluruhan, orang lebih menyukai tanggapan atau umpan balik yang objektif ( seperti nilai ujian ) tentang atribut personal mereka . namun, opini orang lain juga penting. Ketika opini ini dianut oleh banyak orang, kita mungkin akan menjadi percaya bahwa opini ini benar.
3.       Persepsi Diri
Orang menyimpulkan kualitas personalnya dari pengamatan atas perilaku mereka sendiri. Self-perception theory ( teori persepsi diri ) adalah Ide bahwa orang terkadang menyimpulkan sikap mereka sendiri berdasarkan perilaku mereka yang kelihatan, bukan dari keadaan internalnya.