Minggu, 24 November 2013

PENGARUH SOSIAL

Latar Belakang
            Berdasarkan pengamatan dan pengalaman kami, perubahan jalur  satu arah di kota Malang, menimbulkan pengaruh sosial yang sangat besar terhadap sikap warga. Dari masalah ini ditemukan fakta-fakta bahwa adanya penolakan dari warga karena menganggap perubahan jalur ini malah semakin membuat kemacetan di jalan-jalan yang biasanya tidak terjadi macet, dan warga berpendapat  semakin lama waktu yang di tempuh. Sikap ini timbul karena mind set warga yang merasa sudah nyaman dengan jalur sebelumnya, mind set warga yang seperti ini lah yang menyebabkan perubahan sikap misalnya, warga cenderung akan melanggar lalu lintas dengan tidak memperhatikan rambu-rambu yang ada, itu negatifnya. Tetapi positifnya, warga akan tetap melakukan dan mentaati peraturan baru itu, meskipun pada awalnya warga merasa terpaksa atau tidak nyaman tapi setelah terbiasa warga akan melakukannya setiap hari. Membuat mind set warga berubah itu hal yang sulit, paling tidak kita harus berusaha memberi hibauan, penyuluhan, dll untuk dapat merubah mind set warga yang tidak nyaman dengan perubahan jalur menjadi nyaman dan mau dengan suka rela melakukannya.
Terkadang dalam mind set warga muncul sebuah pertanyaan sebenarnya apa yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kemacetan ini sudah benar atau belum, karena pada kenyataan dilapangan bukanya malah berkurangkemacetan tapi malah bertambah macet. Mungkin benar daerah yang berjalan satu arah lebih berkurang macetnya, tapi bagaiman daerah yangmenjadi pengalihan kemacetan, daerah ini menjadi semakin ramai dan sekarang menjadi macet. Kebanyakan daerah yang menjadi pengalihan itu adalah daerah yang jalan rayanya sempit, berupa perumahan warga yang padat, dari sini sudah mulai mengganggu ketenangan warga. Dari sini mulai muncul prasangka warga terhadap pemerintah.
            Masalah ini penting karena dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan aktifitas dan kita mempunyai sikap dari sikap akan menimbulkan perilaku baik positif atau negatif, biasanya dari sebuah peristiwa kenyamanan atau ketidak nyamanan, komunikasi yang didapat dari orang lain,dll. yang kita peroleh akan mempengaruhi sikap dan perubahanya. Tapi tidak selamanya perilaku di pengaruhi sikap.
Teori-teori yang berpengaruh
Pengaruh social (social influence) adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku orang lain. Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social, yaitu: konformitas (conformity), kesepakatan (compliance), kepatuhan (obedience), dan indoktrinasi insentif (intense indoctrination).
Konformitas (conformity) adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Seseorang bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat kita. Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari adanya kenyataan bahwa di berbahai konteks ada aturan-aturan eksplisit maupun implicit yang mengindikasikan bagaimana seharusnya atau sebaiknya kita bertingkah laku.
Selain itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu—norma yang mengindikasikam apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma injungtif adalah berupa perintah atau larangan yang mengharuskan orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu—norma yang menentukan apa yang harus dilakukan—tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu
kesepakatan (compliance) suatu bentuk pengaruh social yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada orang lain yaitu usaha-uasah untuk membuat orang lain berkata ya terhadap berbagai macam permintaan. Ada 6 prinsip dasar compliance (Cialdini, 1994):
a.       Pertemanan/rasa suka: kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari teman atau orang-orang yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau orang yang tidak kita sukai.
b.      Komitmen/konsistensi: sekali kita berkomitmen pada suatu tindakan, kita akan lebih bersedia untuk memenuhi permintaan mengenai tingkah laku yang konsisten dengan tindakan tersebut daripada permintaan yang tidak konsisten dengan tindakan tersebut.
c.       Kelangkaan: kita lebih mungkin untuk memenuhi permintaan yang berpusat pada kelangkaan daripada terhadap permintaan yang sama sekali tidak terkait dengan isu tersebut.
d.      Timbal balik/resiprositas: kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari orang yang sebelumnya telah memberikan bantuan atau kemudahan bagi kita. Contoh: Susi melakukan sesuatu untuk Rudi karena Rudi pernah membantu Susi sebelumnya,
e.       Validasi social: kita lebih bersedia memenuhi permintaan untuk melakukan beberapa tindakan jika tindakan tersebut konsisten dengan apa yang kita percaya dilakukan oleh orang lain yang mirip dengan kita.
f.       Kekuasaan: kita lebih bersedia memenuhi permintaan dari seseorang yang memiliki kekuasaan yang sah.
kepatuhan (obedience) keadaan di mana seseorang pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu dan mereka melakukannya! Kepatuhan lebih jarang terjadi dari conformitas ataupun kesepakatan, karena bahkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dan dapat menggunakannya seringkali lebih memilih menggunakan pengaruhnya melalui “velvet glove” melalui permintaan dan bukannya perintah langsung.

Indoktrinasi intensif (intensive indoctrination) suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan dari kelompok tanpa bertanya-tanya dengan disertai komitmen yang tinggi (Baron, 2000) merupakan suatu bentuk pengaruh social yang dipaksakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar